Kondisi financial deepening industri asuransi umum di Indonesia selagi ini masih benar-benar rendah atau underdeveloped terkecuali dibandingkan baik bersama negara advanced economies maupun negara peers.
IFG Progress mencatat rasio premi asuransi umum Indonesia pada PDB th. 2020 tercatat hanya 0,5% atau jauh di bawah Malaysia yang meraih 1,5%, Thailand sebesar 1,9%, Singapura 1,9%, Korea Selatan 5,2%, dan Jerman 4%.
Sementara itu berdasarkan rasio aset asuransi umum pada PDB th. 2020, rasio asuransi umum Indonesia juga tercatat paling rendah yaitu 1,3%, Malaysia 2,9%, Thailand 3%, Singapura 9%, Korea Selatan 17%, dan Jerman 19,6%. Kondisi mirip juga berjalan pada premi per kapita asuransi umum Indonesia yang hanya mencatatkan umumnya pengeluaran premi sebesar US$17 pada produk asuransi umum.
Di Malaysia, umumnya pengeluaran premi masyarakatnya meraih US$153, Thailand sebesar US$139, Singapura sebesar US$1.110, Korea Selatan sebesar US$1.691, dan Jerman sebesar US$1.827.
Baca Juga: 5 Aplikasi Edit Audio Terbaik Bagi Pengguna PC Android dan iOS
“Kondisi ini mengindikasikan bahwa pasar asuransi umum di Indonesia tergolong underdeveloped yaitu tingkat kesadaran dan utilitas masyarakat pada produk-produk asuransi umum masih benar-benar rendah baik berasal dari tingkat pengumpulan premi dan kuantitas premi yang dikeluarkan,” tulis Economic Bulletin-Issue 5 bertajuk Asuransi Umum Indonesia: Kondisi dan Tantangan, yang diterbitkan oleh IFG Progress.
Secara umum, pengembangan industri asuransi umum di Indonesia dinilai masih hadapi tantangan baik berasal dari sisi pengembangan potensial market maupun kekuatan permodalan melalui mutu aset.
IFG Progress menilai lini bisnis asuransi umum di Indonesia selagi ini terkonsentrasi pada tiga sektor yang benar-benar erat kaitannya bersama volatilitas business cycle yaitu kendaraan bermotor, properti, dan kredit agar kondisi perkembangan ekonomi dan pengeluaran per kapita cukup peka merubah kinerja asuransi umum di Indonesia.
Di Indonesia, lini asuransi di sektor keuangan yaitu kredit dan penjaminan jadi kontributor premi terbesar ketiga bersama berbagi sebesar 16%. Angka ini relatif paling tinggi di antara negara yang diteliti yaitu Jerman, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Kondisi ini membuktikan bahwa kegiatan di sektor perbankan Indonesia miliki keterkaitan bersama sektor asuransi melalui eksposur kredit perbankan yang cukup besar. “Sektor asuransi berperan dalam mengelola dan memitigasi risiko yang ditimbulkan berasal dari bisa saja terdapatnya natural hazards berasal dari kegiatan debitur perbankan yang membuat terjadinya gagal bayar.”
Dalam risetnya, IFG Progress mendapatkan bahwa di negara maju justru dampak asuransi umum pada kredit perbankan yang justru lebih kuat dan signifikan, tetapi di negara berkembang kinerja kredit perbankan lah yang menambahkan dampak pada kegiatan asuransi umum.
Sumber : ifgprogress.id